-->

Thursday, October 11, 2007

Invasi Pemikiran
Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu
kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus.


Sang guru berkata, "Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri
saya
ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka
berserulah Kapur!", jikasaya angkat penghapus ini, maka berserulah
"Penghapus!"

Murid-muridnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian
mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan.
Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat
penghapus, maka katakanlah "Kapur!".

Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tentu saja murid-murid kerepotan dan
kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya. Namun lambat laun, mereka
bisa beradaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permainan
berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Anak-anak, begitulah kita ummat
Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas
membedakannya. Namun kemudian, musuh-musuh kita memaksakan kepada kita
lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu, dari yang haq menjadi bathil,
dan
sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi
karena
terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat
laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya.

"Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik nilai. Pacaran tidak
lagi
sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal
yang
lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan, materialistis dan
permisive
kini menjadi suatu gaya hidup pilihan, tawuran menjadi trend pemuda...
dan lain lain."

"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit
menerimanya. Paham?" tanya Ibu Guru kepada murid-muridnya. "Paham buu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Bu Guru melanjutkan. "Bu Guru punya
Qur'an,
Ibu letakkan di tengah karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet.
"Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah
tanpa menginjak karpet?"

Nah, nah, nah. Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif
dengan tongkat, dan lain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar,
ia gulung karpetnya, dan ia ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak
menginjak
karpet.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya... Musuh-musuh Islam
tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan... Karena tentu
kalian
akan menolaknya mentah mentah. Premanpun tak akan rela kalau Islam dihina
dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari
pinggir, sehingga kalian tidak sadar."

"Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi
yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang
kuat.
Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar
pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu,
kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu, baru rumah
dihancurkan..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam
terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dari
perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain,
sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam
dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (invasi pemikiran). Dan inilah
yang
dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham anak-anak?" "Paham buu!"

"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?"
tanya seorang murid. "Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan
menyerang, semisal Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi
sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam, Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar,
akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan
bangkit serentak, baru mereka akan sadar." Kalau saja ummat Islam di Ambon
tidak diserang, mungkin umat Islam akan lengah terhadap sesuatu yang
sebenarnya selalu mengincar mereka. Paham anak-anak?" "Paham Buu.."

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita
berdoa
dahulu sebelum pulang... " Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu
keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing
di kepalanya. (Enggar Tri W enggar@...)

Sumber : http://www.eramuslim.com

0 comments:

Post a Comment

komen anda sangat dialu-aluan

Update Download

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?