-->

Saturday, February 23, 2008

Mohammad’s Day bukan Valentine Day
Mohammad’s Day bukan Valentine Day


Euforia Valentine’s Day hingga hari ini masih terasa. Makanya saya ‘nekat’ untuk menulis tentang hari raya cinta muda-mudi ini, meskipun dari sudut yang berbeda. Dari Indonesia hingga Ethiopia, fenomena ‘ekspresi cinta’ muda-mudi ini demikian hebat dan dahsyat pengaruhnya. Benarlah apa yang dikatakan oleh Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” www.kornet.org yang penulis temui di www.swaramuslim. net. Ken Swiger menyatakan bahwa kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang artinya: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa”. Kita tidak bisa berbuat banyak ketika “bunga mawar merah”banyak bertebaran di luar kampus mahasiswa. Rupanya muda-mudi suka warna seperti itu, tinimbang warna yang lain. Anehnya: acara itu khusus pada tanggal 14 Februari.

Ruh Valentine sepertinya bangkit dan berinkarnasi di hati setiap pemuda dan pemudi. Tentunya pemuda Islam juga ikut-ikutan; meskipun tidak seluruhnya. Yah, sebagai delegasi pun jadi, yang penting ada representasi.

Pada tanggal 15 Februari 2005 yang lalu, saya membeli koran al Osra el Arabia (Mesir). Dalam rubrik Nahdhatunâ (Kebangkitan Kita), koran tersebut memuat isu menarik seputar ‘Idul Hubb (Hari Raya Cinta), yang akrab kita sebut dengan Valentine’s Day itu. Gambar yang dimuat juga menarik: gambar bunga “love” yang ditusuk oleh “panah”, kemudian diikat oleh sebuah pita. Di dalam bunga “love” itu tertulis kata dengan dialek Mesir: Ya‘nî Eh el-Hubb (Apa Yang Dimaksud Dengan Cinta?)

Dan yang paling menarik, koran tersebut memuat berita tentang sekelompok mahasiswa di Cairo University yang menyebut dirinya sebagai al-Tayyâr al-Islâmî (Aliran Islam). Kelompok ini menganggap bahwa tanggal 14 Februari adalah hari cinta yang diseru oleh Nabi Muhammad saw. Kemudian mereka manamakan tanggal 14 Februai kemarin dengan “Mohammad’s Day”. Tentu saja saya pribadi sangat setuju dengan perubahan nama ini. Mengapa tidak? Bukankah Islam tidak membatasi waktu untuk mengekspresikan cinta kepada Allah, Nabi saw, manusia, tumbuhan dan hewan bahkan alam ini?

Tentang perubahan nama itu, kelompok al-tayyâr al-islâmî berpendapat bahwa Valentine adalah seorang Saint (Pendeta, orang suci) yang banyak sekali versi ceritaya. Ia hanya membatasi “cinta” itu pada dua jenis makhluk saja. Sedangkan Kanjeng Nabi Muhammad cintanya meliputi segala sesuatu. Bahkan beliau mengabarkan tentang kerinduan beliau kepada para kekasihnya yang belum sempat dilihatnya. Melalui perubahan nama Valentine’s Day ini, al-tayyâr al-islâmî ingin membentengi perbuatan muda-mudi yang kelewat batas pada hari itu.

Mantan Mufti Mesir, Dr. Nashr Farid Washil menyatakan: “Cinta tidak memiliki tradisi tertentu, karena ia ada setiap hari. Rasul saw dan agama Islam menyuruh kita untuk mengekspresikan cinta di antara manusia, baik antara sesama Muslim sendiri atau dengan penganut agama lain. Namun, apakah hubungan yang kita saksikan antara muda-mudi ini disyariatkan? ”

Beliau melanjutkan: “Saya berpesan kepada para pemuda, ikutilah perintah agama kalian dan apa yang diperintahkan oleh agama-agama langit (Yahudi, Kristen dan Islam) juga yang dianjurkan oleh cinta itu sendiri. Namun dalam kerangka syariat, menghindari pertemuan antara seorang pemuda dan pemudi di tempat yang sunyi dan jauh dari pantauan keluarga. Hendaknya para pemuda berpegang teguh kepada ajaran agamanya.
Karena itu merupakan fondasi kesuksesan dan jalan untuk merealisasikan misi ilmiah dan peradaban di dalam kehidupan. Sedangkan cinta dalam bentuk seperti ini (Valentine's Day) adalah tradisi dan kebudayaan Barat yang membahayakan muda-mudi, karena ia merupakan khurafat impor yang dapat merusak akal, kehidupan dan mempengaruhi masa depan hubungan para pemuda.”

Sungguh! Saya mohon maaf jika terlambat menyampaikan pesan ini kepada saudara dan saudariku, Muslim dan Muslimah. Namun setidaknya saya yakin bahwa ini bukan sebuah aib. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?

Allah dan Rasul-Nya memang tidak pernah mengajarkan untuk mengkhususkan satu hari dalam mengekspresikan cinta kita. Sungguh sangat bodoh jika ada pemuda-pemudi Islam yang masih terpengaruh dengan Valentine’s Day ini. Hari dimana norma agama dikorbankan demi melampiaskan rasa cinta. Rasanya mustahil cinta itu dipendam selama setahun, kemudian ditumpahkan pada satu hari saja.

Mari sama-sama kita berpegang teguh ajaran agama kita. Karena semakin hari, topan-badai begitu dahsyat menerjang bahtera hidup kita. Kita berharap bahwa apa yang digagas oleh al-tayyâr al-islâmî di atas akan tumbuh pula di Indonesia, dan pada tahun-tahun berikutnya yang muncul adalah euforia Mohammad’s Day. Wallâhu a`lamu bi al-shawâb! [] (Cairo, 25 Februari 2005). [{Ibnoe Dzulhadi}]

0 comments:

Post a Comment

komen anda sangat dialu-aluan

Update Download

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?