-->

Tuesday, April 1, 2008

Ikhwanul Muslimin, Organisasi Pergerakan yang Ditakuti Kekuatan Sekular

Hampir setiap perkara dan kekerasan yang berlaku di negara-negara Islam (Arab),selalu dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi pergerakan Islam yang lahir diMesir, sekitar tujuh dekad yang lalu. Lalu, benarkah Al-Ikhwan mengajarkan tindakan kekerasan? Dan apa hubungan Hammas dan gerakan Hasan At-Turabi di Sudan dengan organisasi Al-Ikhwan? Berikut merupakan sebuah tulisan yang membahas secara ringkas tentang Al-Ikhwan sebagai sebuah organisasi pergerakan Islam.

Ketika khilafah Islam jatuh ke tangan Bani Umaiyah pada 661 M, dengan Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi khalifah pertama,muncul dua sikap umat dalam menghadapi kenyataan itu. Pertama, sikap menolak. Kedua, sikap menerima dengan reserve.

Sikap pertama disandarkan pada kenyataan bahwa Muamiyah mendapat kekuasaan dengan cara yang tidak sah. Di antara mereka, ada yang menolaknya dengan vokal, yang disertai dengan perancangan untuk meluruskan jalannya. Dan ada yang menolaknya dengan sikap melarikan diri kepada pengkajian masalah-masalah Islam dan menghindari hal-hal yang membawa kepada pemberontakan kepada pemerintah.

Sikap kedua adalah menerima pemerintahan Muamiyah sebagai kenyataan. Sekalipun tidak melambangkan citra Islam politik,sekurang-kurangnya ia mampu menyatukan umat Islam di bawah sebuah negara yang berdaulat. Ia juga tidak melarang umat untuk meyakini rukun iman dan menjalankan rukun Islam yang lima. Sikap kedua ini membentuk teologi Al-Murji'ah, yang seterusnya menjadi teologi Ahl Sunnah wal Jamaah, untuk membezakannya dengan teologi kaum Khawarij dan Syi'ah. Pangkat-pangkatnya selama berabad-abad diisi oleh sayap kedua dari sikap pertama, yaitu pihak yang menyibukkan diri untuk mengembangkan warisan agama dan intelektual Islam dengan menjauhi konfrontasi langsung dengan pemerintah yang berkuasa.

Aliran pertama yang bersifat vokal bahkan ikutserta dengan gerakan bawah tanah untuk menyusun kekuatan dalam rangka membentuk sebuah pemerintahan yang lebih Islamik, banyak mendapat kesulitan dari pemerintah yang berkuasa. Tokoh -tokohnya diburu dan ajarannya ditolak. Inilah bakal pergerakan Islam yang mempunyai pendukung sepanjang sejarah Islam sampai sekarang. Organisasi Al-Ikhwanul al-Muslimun -- yang biasa dkait dengan Al-Ikhwan -- adalah sebuah pewaris dari Islam pergerakan ini dengan bentuknya yang khas di zaman modern.

Hay'ah Ikhwan Al-Muslimin (Organisasi Persaudaraan Umat Islam) didirikan Sheikh Hasan Al-Banna di kota Ismailiyah (sebuah kota di pinggir Terusan Suez), Mac 1928, beberapa bulan setelah ia lulus dari Darul Ulum. Darul Ulum adalah sebuah sekolah tinggi pendidikan guru di Kairo, dan Ismailiyah adalah kota di mana ia ditempatkan oleh Department Pendidikan Mesir untuk menjadi guru di sesebuah sekolah.

Setiap hari -- selesai mengajar, ia mengunjungi warung untuk berdialog dengan masyarakat. Malam harinya, ia salat berjamaah di masjid terdekat, dan kemudian seringkali melanjutkan pembicaraannya di warung.

Pada masa-masa lapang setiap musim panas, ia menghabiskan waktu untuk pergi ke merata-rata kota dan desa di Mesir, untuk mengajar masyarakat di rumah, di atas kenderaan, di warung, atau masjid. Tubuhnya yang kekar (sekalipun dengan tubuh yang agak pendek dibanding rata-rata orang Mesir), serta penampilannya yang menarik, dan lidahnya yang fasih, memang mendokong Al-Banna untuk menjadi seorang public figure.

Dalam pertumbuhan awalnya, Al-Ikhwan lebih memusatkan usaha untuk pembentukan kepribadian masyarakat. Ini terlihat dari beberapa prinsip yang diajarkan Al-Banna yang merupakan petunjuk harian Al-Ikhwan.
Prinsip-prinsip itu antara lain berbunyi:
"Lakukanlah salat bila anda mendengar azan, bagaimana pun kondisi anda pada waktu itu. Baca Alquran, renungkan dan dengarkan, serta selalulah mengingat Allah. Jangan anda membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tak berguna."

Selanjutnya, Al-Banna juga mengatakan:

Jangan banyak bersilat lidah dalam masalah apa pun, karena itu tidak bermanfaat.

Jangan banyak bergembira dan bersantai, karena perjuangan bangsa perlu kesungguhan.

Jauhilah membicarakan keburukan orang di belakangnya.

Jangan mengejek organisasi-organisasi atau pergerakan-pergerakan dengan tidak adil.

Berusahalah untuk selalu ramah bila anda bertemu teman-teman Al-Ikhwan, sekalipun ia tidak membuat inisiatif, karena idiologi kita berdiri di atas tiang ilmu pengetahuan dan cinta kasih.

Bantulah orang lain semaksima mungkin agar ia dapat memanfaatkan waktunya, dan bila anda mempunyai projek untuk diselesaikan, maka selesaikanlah projek itu."


Prinsip-prinsip tersebut tak lain tak bukan adalah sebahagian dari prinsip-prinsip Islam, yang disimpulkan dalam bahasa sederhana agar dapat dilaksanakan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Intipatinya adalah bagaimana seorang muslim dapat menjalankan ajaran Islam secara murni dalam kehidupan modern.

Prinsip-prinsip itu dijalankan melalui jalur organisasi dari ranting, cabang, wilayah (yang tersebar di seluruh pelosok kota dan desa di Mesir), dan sampai ke pusat, yang secara organisasi selalu dievolusi dari semasa ke semasa. Di sini jelas sekali ciri pergerakan dari organisasi Al-Ikhwan.

Setelah pemantapan kepribadian,program Al-Ikhwan selanjutnya adalah pembentukan masyarakat Islam yang menjalankan syariat Islam. Bagi Al-Ikhwan, Islam adalah jalan hidup yangmerangkumi individu, masyarakat, negara, hubungan internasional dan seterusnya. Al-Banna menegaskan, "Ia (Islam -- Red) adalah sikap moral, kekuatan, kasih sayang dan keadilan. Ia adalah pengetahuan, hukum, ilmu dan pengadilan. Ia adalah harta, kekayaan, usaha dan kebutuhan. Ia adalah jihad dan dakwah atau antara dan gagasan. Ia juga akidah yang benar dan ibadah yang betul, ibarat satu syiling dengan dua wajah."

Seperti program pembentukan keperibadian, maka Al-Ikhwan juga bertekad untuk melaksanakan program sosial politik secara berperingkat. Dalam Anggaran Dasar (Nizam Asasi) Al-Ikhwan, antara lain menyebutkan: Al-Ikhwan sentiasa mengutamakan kemajuan berperingkat dalam pembangunan, usaha produktif, dan kerja sama dengan para pecinta kebaikan dan kebenaran. Al-Ikhwan tak ingin melukai sesiapa pun, sebarang agama, bangsa dan kebangsaannya.

Kegiatan Al-Ikhwan mula menarik perhatian pemerintah dan dunia luar, setelah mereka memindahkan pusat kegiatan dari Ismailiyah ke Cairo. Apalagi setelah Al-Banna mengirim surat kepada raja Mesir, Faruq (1936) dan sejumlah menteri kabinet, agar melaksanakan syariat Islam dan meninggalkan cara hidup yang tidak Islamik.

Situasi di Mesir pada 1930-1940-an, seperti kejatuhan moral, penciplakan budaya asing, pemerintah yang tidak tegas, dominasi Inggeris yang begitu kuat dalam negeri, dominasi perusahaan -perusahaan asing, dan lain-lain, telah bersaham dalam membentuk sikap militansi Al-Ikhwan. Sebagai gerakan dan idiologi, sikap Al-Ikhwan ini berhubungan erat dengan krisis intelektual, sosial, ekonomi dan politik yang melanda Mesir sejak abad ke-19.

Krisis-krisis ini sebagiannya adalah hasil dari berbagai kebijakan yang ditempuh oleh para penguasa Mesir sebelum ini, dalam bidang pendidikan, hukum dan politik melalui suatu proses pembaratan. Negara sejak abad 19 mengirim misi pendidikan ke luar negeri dan mengundang perancang dan tenaga ahli Barat ke dalam negeri. Sistem pendidikan Barat yang sekuler baransur-ansur membuang pendidikan tradisional, dan hukum sekular Barat menggantikan hukum syariat yang telah berlaku selama berabad-abad.

Politik pemerintah semakin cenderung untuk memelihara kepentingan Barat. Terusan Suez sebagai jalan perhubungan penting antara Barat dan Timur berada di tangan asing. Di Palestin kekuatan Zionis internasional semakin bersinar untuk mendirikan negara nasional Yahudi yang mengancam umat Islam dan bangsa Arab. Sementara itu, para penguasa Arab lebih banyak membuat tindakan yang dapat mempertahankan kepentingan mereka daripada kepentingan rakyat. Di pihak lain, Al-Azhar sebagai lembaga keagamaan tertua di dunia Islam bersikap melempem dan sulit untuk dijadikan panutan bagi sebuah pembaruan yang sejalan dengan semangat Islam.

Sebagai organisasi pergerakan, Al-Ikhwan enggan membiarkan kedudukan yang tidak sejalan dengan tuntutan Islam itu berjalan terus. Melalui media yang dimilikinya (surat kabar, majalah, pamplet, surat terbuka, pidato, khutbah, rapat umum dan lain-lain), organisasi ini memberikan imbauannya kepada rakyat dan pemerintah agar mengambil garis Islam dalam semua kebijakan.

Kemudian pemerintah melihat Al-Ikhwan sebagai ancaman, bukan semata karena imbauan kebaikan itu, tapi lebih karena sebagai organiasasi masa, Al-Ikhwan dapat melaksanakan kehendaknya. Usaha yang dilakukannya bukan hanya bidang penerangan, pendidikan dan kebajikan semata-mata, tetapi juga mencakupi usaha -usaha ekonomi yang menjadi urat nadi organisasi, latihan bela diri dan bahkan pasukan tentera. Dalam perang melawan sekutu Inggeris-Israel pada tahun 1948, misalnya, pasukan sukarelawan Al-Ikhwan terbukti turut dalam mematahkan kekuatan musuh.

Sekitar Perang Dunia II, telah terjadi hubungan turun naik antara pemerintah dan Al-Ikhwan. Situasi genting yang terjadi di Mesir akibat perang, antara lain pembunuhan terhadap tokoh -tokoh politik (termasuk pembunuhan Perdana Menteri An-Nuqrasyi), membuat keadaan semakin sulit bagi Al-Ikhwan. Tokoh-tokoh Al-Ikhwan ditangkap, aset organisasi disita, dan berbagai media massa mereka dimusnahkan. Kejadian seperti itu terjadi berulang kali. Dari tahun 1940 sampai Desember 1948, pergerakan ini dilarang sekeras-kerasnya. Selanjutnya pada malam hari tanggal 12 Februari 1949, Al-Banna ditembak mati oleh orang yang tak dikenal sewaktu ia sedang duduk di keretanya di depan gedung Syubban Al-Muslimin di Kairo.

Al-Banna meninggal, tetapi gagasan dan karya organisasinya diteruskan oleh generasi seterusnya. Tak lama setelah pemergian Al-Banna, kepemimpinan Al-Ikhwan digantikan oleh Hasan Al-Hudhaibi, seorang bekas jaksa. Menjelang Revolusi tahun 1952, sebahagian kekayaan Al-Ikhwan mulai dikembalikan dan kebebasan mereka dipulihkan.

Pada mulanya, Jamal Abd Nasir dan Anwar Sadat sendiri adalah termasuk aktivis Al-Ikhwan. Namun kemesraan antara Al-Ikhwan dan Nasir serta Sadat segera berakhir, tak lama setelah yang pertama menjadi presiden. Di bawah pemerintahan Jamal Abdul Nasir, Al-Ikhwan mengalami penderitaan kembali. Para pengikutnya dipenjarakan dan beberapa di antaranya bahkan ada yang digantung. Buku-buku dan penerbitan mereka dilarang terbit.

Akibat dari keadaan yang kurang menguntungkan itu, beberapa tokoh Al-Ikhwan banyak yang terpaksa lari ke luar negeri. Ada yang ke negara-negara Arab dan lainnya ke Eropah dan Amerika. Namun di mana pun mereka berada, mereka tidak melupakan perjuangan organisasi dan selalu melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan keadaan yang ada.

Dari situ, meskipun di dalam negeri (Mesir) Al-Ikhwan banyak mengalami hambatan, gagasan Al-Ikhwan tetap berkembang. Apatah lagi banyak di kalangan idiolog-idiolog Al-Ikhwan yang berbakat menulis dalam pelbagai bidang. Misalnya 'Audah, Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Muhammad Al-Ghazali, Abdullah As-Samman, As-Siba'i, Mushthafa Ramadan, Fathi Yakan dan lain-lain.

Kemudian muncul dialog generasi kedua yang lebih berbentuk akademik seperti Al-Qardhawi, 'Isa 'Abduh, Al-Jerisyi, At-Turabi, Asy-Syalabi dan seterusnya. Karya-karya mereka banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, termasuk bahasa Malaysia. Dengan demikian, Al-Ikhwan telah memberikan sahamnya untuk sebuah pemahaman Islam bergerak di seluruh dunia.

Di beberapa negara Arab pada waktu ini, seperti Sudan, Jordan, dan Palestina, kegiatan politis Islam Al-Ikhwan kelihatan menonjol. Di Sudan, berkat jasa Dr Hasan At-Turabi, idiologi terkenal Al-Ikhwan, beberapa program Islamisasi telah dapat dilaksanakan dalam negara, sekalipun mendapat tekanan yang berat dari negara-negara Barat, dan bahkan Mesir sendiri sebagai negara tetangga dan tanah kelahiran Al-Banna.

Di Jordan beberapa wakil Al-Ikhwan dapat duduk dalam parlemen dan beberapa posisi penting dalam pemerintahan. Di Palestin, di balik gerakan Al-Hammas yang menentang negara sekular yang ingin didirikan oleh Arafat juga dikhabarkan bahawasanya disana terdapat aktivis -aktivis Al-Ikhwan.

Hay'ah Ikhwan Al-Muslimin sebenarnya tidak lain tidak bukan merupakan sebuah organisasi pergerakan Islam yang berusaha menerapkan cara-cara hidup yang Islamik, terutama kehidupan sosial-politik, melalui sebuah program yang selalu direvisi dari waktu ke waktu. Karena dominasi kebudayaan sekular yang begitu besar di dunia Islam, termasuk sekularisasi dalam pemerintahan, organisasi ini sering berada dalam konflik dengan kekuatan-kekuatan sekular yang ada dalam masyarakat. Teologi mereka yang tidak memisahkan antara ijtihad dan jihad, agama dan politik, membuat nama mereka sering dihubungkan kepada aksi politik dan tindakan kekerasan, baik secara sah atau tidak.

(sumbangan : Rifyal Ka'bah MA, pengamat politik Islam )
(susuan atur & evolusi ilmu : YusriZahir)

0 comments:

Post a Comment

komen anda sangat dialu-aluan

Update Download

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?