-->

Tuesday, April 1, 2008

Jaringan Yahudi di Indonesia
Dengan judul Sahabat Akrab, foto Reuters yang dimuatkan dalam beberapa surat khabar di ibukota pekan Indonesia lalu memperlihatkan Menlu AS Condoleeza Rice berjabat tangan dengan PM Israel Ehud Omert di Jerusalem. Keduanya tertawa-tawa, seolah-olah puas karena pasukan Israel berjaya melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat Lebanon dan Palestin -- kebanyakan diantaranya wanita dan anak-anak.





Israel yang mendapat sokongan AS juga menggunakan senjata-senjata pemusnah massal yang diwartakan terlarang oleh konvensi Jenewa. Amerika Serikat yang kini makin terus terang membela Israel, menolak gencatan senjata dan menghendaki penyerbuan sekutunya itu ke Lebanon tanpa menghiraukan berapa jumlah korban. Sementara, pakar hukum dari sebuah universiti ternama di AS tidak menyebutkan serangan Israel itu sebagai kejahatan perang.

Itulah sikap negara imperialis yang merobek hak azasi manusia (HAM). HAM memang milik mereka, bukan milik kita. Sementara PBB tidak berdaya melihat kekejamaan di luar perikemanusiaan itu. Bung Karno pernah menyatakan bahwa PBB terang-terang menguntungkan Israel dan merugikan negara-negara Arab. Pernyataan itu dikemukakan saat Indonesia keluar dari organisasi dunia tersebut.

Kononnya, warga Yahudi sudah menjejaki kolonial Belanda banyak mendiami Indonesia, khususnya di Jakarta. Pada abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda keluar dari Indonesia, ada sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Risjwijk (Jl Veteran) -- dua kawasan etlie di Batavia ketika itu -- seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel & Sons dan Goodwordh Company.

Mereka hanya sejumlah kecil dari pengusaha Yahudi yang pernah meraih kejayaan. Mereka adalah pedagang-pedagang yang menjual berlian, emas dan intan, perak, jam tangan, kaca mata dan berbagai barang lain.

Sejumlah manula yang diwawancara menyatakan, pada tahun 1930-an dan 1940-an jumlah warga Yahudi di Jakarta banyak. Jumlahnya mencapai ratusan orang. Karena mereka pandai berbahasa Arab, mereka sering dikira keturunan Arab. Sedangkan Abdullah Alatas (75 tahun) mengatakan, keturunan Yahudi di Indonesia kala itu banyak yang datang dari negara Arab. Makluman ketika itu negara Israel belum terbentuk. Seperti keluarga Musri dan Meyer yang datang dari Iraq.

Di masa kolonial, warga Yahudi ada yang mendapat kedudukan tinggi di tampukpemerintahan. Termasuk gabernor jenderal AWL Tjandra van Starkemborgh Stachouwer (1936-1942).

Sedangkan Ali Shatrie (87) menyatakan bahwa kaum Yahudi di Indonesia memiliki persatuan yang kuat. Setiap Sabtu (hari suci umat Yahudi), mereka berkumpul bersama di Mangga Besar, yang ketika itu merupakan tempat pertemuannya.

Menurut majalah Sabili, dulu Surabaya merupakan kota yang menjadi basis komuniti Yahudi, lengkap dengan sinagognya yang hingga sekarang masih tegak berdiri.

Sedangkan menurut Ali Shatrie, mereka umumnya memakai pasport Belanda dan mengaku warga negara kincir angin. Sedangkan Abdullah Alatas mengalami saat-saat hari Sabtu dimana warga Yahudi bernyanyi sambil membaca kitab Talmut dan Zabur, dua kitab suci mereka.

Pada 1957, ketika hubungan antara RI-Belanda putus akibat kes-kes Irian Barat (Papua), tidak diketahui adakah seluruh warga Yahudi meninggalkan Indonesia. Kononnya, mereka masih terdapat di Indonesia meskipun jumlahnya tidak lagi seperti dulu. Yang pasti dalam catatan sejarah Yahudi dan jaringan gerakannya, mereka sudah lama menancapkan kukunya di Indonesia. Bahkan gerakan mereka telah mempengaruhi sebagian tokoh negera ini. Satu usaha menakluk dan mempengaruhi bangsa Muslim terbesar di dunia (Sabili, 9/2-2006).

Dalam buku Jejak Freemason & Zionis di Indonesia disebutkan bahwa ketika dahulu gedung Bappenas di Taman Surapati merupakan tempat para anggota Freemason melakukan peribadatan dan pertemuan.

Gedung Bappenas di kawasan elit Menteng, dahulu bernama gedung Adhuc Stat dengan logo Freemasonry di kiri kanan atas gedungnya, terpampang jelas ketika itu. Anggota Freemason menyebutnya sebagai loji atau rumah syaitan. Disebut rumah syaitan, kerana dalam ibadatnya anggota gerakan ini memanggil roh-roh atau jin dan syaitan, menurut data-data yang dikumpulkan penulisnya Herry Nurdi.

Freemasonry atau Vrijmetselarij dalam bahasa Belanda masuk ke Indonesia dengan bermacam-macam cara. Terutamanya melalui lembaga masyarakat dan pendidikan. Pada mulanya gerakan itu menggunakan label persaudaraan kemanusiaan, tidak membezakan agama dan bangsa, warna kulit dan jantina, apatah lagi peringkat sosial di masyarakat.

Dalam buku tersebut disebutkan, meskipun pada tahun 1961, dengan alasan tidak sesuai dengan keperibadian bangsa, Presiden Sukarno melakukan pelarangan terhadap gerakan Freemasonry di Indonesia. Namun, pengaruh Zionis tidak pernah surut. Hubungan gelap 'teman tapi mesra' antara tokoh-tokoh bangsa dengan Israel masih terus berlangsung. (RioL)
(Alwi Shahab )







Jejak Zionis

''Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang musyrik.'' (QS Al-Maidah: 82)


Ayat di atas merupakan peringatan Allah SWT tentang bahaya Yahudi bagi umat Islam. Kerana itulah, umat Islam harus sentiasa waspada terhadap segala sepak terajang dan tipu daya Yahudi.

Salah satu dari semua yang ditubujkan oleh Yahudi adalah Freemasonry, yang merupakan gerakan rahsia terbesar, dan boleh jadi tertua di dunia. Freemasonry berpengaruh di seluruh pusat kekuasaan, lebih-lebih lagi Amerika. Bahkan, gerakan ini pada masanya pernah merancang untuk menjalankan agenda-agendanya di Indonesia. Sampai sekarang hal itu masih terus berlangsung. Mungkin hingga Hari Kiamat nanti.

Hal itu merupakan isi pesan buku ini. Penulisnya, seorang wartawan Muslim yang gigih, mengupas jejak, gerak-geri dan memprediksi agenda Freemasonry di Indonesia yang merupakan negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Dalam forum bedah bukunya yang diadakan dalam rangka Islamic Book Fair (IBF) di Senayan Jakarta, pekan silam, penulis menegaskan bahawa gerakan Freemasonry dan Zionis mengembangkan sayapnya di Indonesia melalui lembaga-lembaga pendidikan serta jaringan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan. Gerakan tersebut hendak melakukan sekularisasi di negeri-negeri Muslim.

Namun, hal tersebut gagal dan sekarang mereka mengubah strategi dengan meliberalkan negeri-negeri kaum Muslim. Hal ini dapat dirasakan pada acara-acara yang ditayangkan di stesyen television Indonesia serta pola hidup beberapa universiti yang mengaku di bawah Islam namun mengusung Islam liberal.

Sejarawan Islam, Alwi Alatas, mengungkapkan di Indonesia telah dilihat dengan jelas jejak-jejak Zionis. ''Isu-isu mengenai gerakan rahsia Yahudi internasional di Tanah Air perlu terus diteliti, dibongkar, agar umat tidak lengah. Buku Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia merupakan salah satu usaha ke arah itu,'' tandas Alwi.

Judul buku: Jejak Freemason & Zionis di Indonesia
Penulis: Herry Nurdi
Penerbit: Cakrawala Publishing
Cetakan: II, Februari 2006
Tebal: xxii+242 hlm



(artikel & sumbangan : swaramuslim.net)
(susunatur & inisatif pamer :yusrizahir/semadikasih)

0 comments:

Post a Comment

komen anda sangat dialu-aluan

Update Download

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?

  • Tiada Link

    Harap maaf. Tiada update download yang terbaru. Ada sapa2 nak sumbangkan benda untuk didownload?