''Kami telah melakukan sejumlah riset dan hasilnya Macleans telah menerbitkan 19
artikel dengan nada seperti itu,'' kata Khurrum Awan, satu dari empat mahasiswa
Kanada yang menggugat majalah itu.
Itu semua memicu perdebatan sengit di Kanada. Negara yang dipopularkan ikon multikultural itu mendapat ujian hebat, dengan sengitnya perdebatan mengenai kebebasan pers dan Islamofobia. Sebagian pihak menilai kebebasan berpendapat adalah sesuatu yang tidak terbatas dan pers mempunyai hak untuk itu. Sebagian lain melihatnya berbeza dengan isi tulisan yang sifatnya menghasut dan menyebarkan permusuhan.
Semua ini bisa dirunut balik pada publikasi Macleans, Oktober 2006. Saat itu mereka menurunkan tulisan yang merupakan ringkasan dari American Alone: Why the Future Belongs to Islam tulisan Mark Steyn. Dalam bukunya itu, Steyn yang menyebut dirinya sebagai agitator berargumen bahwa Muslim secara demografi dan global mempunyai ambisi dan memastikan agar Islam mendominasi dunia dan bahawa Eropa terlalu lemah untuk melawan dan mencegah terjadinya transformasi tanpa belas kasihan yang mengubahnya menjadi Eropa-Arabia (Eurobia).
Awan mengatakan selama ini mereka telah melakukan pendekatan ke pihak majalah dengan artikel-artikel mereka dan meminta diberi kesempatan untuk merespons artikel tersebut. Namun mereka menolak permintaan itu. Pihak redaksi majalah, kata Awan, mengatakan lebih rela majalah mereka tidak terbit daripada harus menerbitkan artikel yang mereaksi tulisan mereka. Pasalnya, hal itu sama saja dengan menyerahkan kebebasan majalah itu sendiri. ''Itu adalah alasan yang dibuat-buat,'' tegas Awan.
Aksi Awan dan teman-temannya itu mendapatsokongan penuh Kongres Islam Kanada . Dengan sokongan mereka, Awan juga mengajukan gugatan mereka ke Komisi HAM Federal dan Komisi HAM provinsi di Ontario dan British Columbia. Baik Komisi HAM Federal maupun Komisi HAM Provinsi British Columbia mengatakan masih mempelajari gugatan mereka.
Sementara, Komisi HAM provinsi Ontario menolak menggelar sidang dengar pendapat. Namun, dalam sidang 9 April lalu, mereka juga mengeluarkan keputusan yang menggusarkan Macleans. Dalam keputusannya mereka menyatakan :
artikel Macleans tersebut ada di luar kewenangan mereka. Pada saat yang sama mereka juga menyatakan keprihatinannya atas sejumlah artikel Macleans yang membangkitkan keprihatinan umat Muslim Kanada. Artikel Macleans dan media lain yang senada, mereka identifikasi sebagai tulisan yang 'memberi kontribusi' pada Islamofobia dan mempromosikan intoleransi sosial terhadap Muslim.
Gusar
Macleans dengan dukungan media lain langsung mereaksi keputusan itu. Mereka menyatakan sangat gusar kerana sebuah lembaga publik telah menghakimi pers tanpa memberi kesempatan membela diri. Majalah itu juga mendesak perlunya kembali penegasan hak untuk berpendapat secara bebas.
Meski di luar harapan mereka, Awan dan teman-temannya masih mampu melihat sisi positif keputusan itu. Seperti dikatakan Ketua Federasi Arab Kanada, Mohammed Boudjenane, keputusan itu jelas menunjukkan artikel Macleans adalah artikel yang rasis. Keputusan itu menurutnya juga merupakan langkah awal untuk memulakan perdebatan kebebasan pers dengan pembatasan berpendapat dalam konteks yang bertujuan membangkitkan kebencian.
Bagi Julius Grey, aktivis yang rajin menyuarakan hak-hak kaum minoriti, keputusan itu ibarat dua sisi mata wang. Setiap pembatasan atas kebebasan berekspresi, katanya, adalah sesuatu yang mengerikan. Tetapi, para mahasiswa itu berhak mengajukan keberatan meskipon disebutnya salah target mengenai Islamofobia. Pasalnya sejak peristiwa 11 September di AS, Muslim tidak diperlakukan sebagaimana yang diterima orang lain. afp/lan/RioL
0 comments:
Post a Comment
komen anda sangat dialu-aluan